SIJUNJUNG – Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 menyambangi Desa Wisata Silokek. Desa tersebut terletak di Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar). Pada Rabu sore (6/7/2022), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi desa tersebut.
Menteri Parekraf dan rombongan tiba di Gerbang Geopark Silokek disambut oleh Tari Galombang atau tari gelombang khas Minangkabau. Tarian itu menampilkan kelincahan tubuh para penari yang bergerak naik dan turun bagaikan gelombang laut. Bupati Sijunjung Benny Dwifa Yusfir dan jajarannya menyambut hangat. ”Ini adalah community base tourism atau pariwisata berbasis masyarakat. Dan kita sekarang melihat luar biasa paduan alam dan budaya, nature dan culture. Tapi juga banyak sekali produk-produk ekonomi kreatif, ” kata Sandi.
Desa Silokek masuk ke dalam 50 besar desa terbaik ADWI 2022 yang akan mendapatkan pembinaan dan pendampingan dalam program Desa Mitra Bakti BCA selama satu tahun ke depan. Seperti halnya desa wisata yang lain, destinasi wisata di desa itu telah memenuhi standar penilaian tim juri ADWI 2022 yang terdiri dari tujuh kategori. Yakni 1. Daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), 2. Suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya), 3. Homestay, 4. Toilet umum, 5. Digital dan kreatif, 6. Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE), dan 7. Kelembagaan Desa.
Kepada awak media, Sandi mengapresi keunikan destinasi wisata di Desa Wisata Silokek, seperti objek wisata susur sungai. ”Tadi kita lihat mendulang Ameh. Ini sangat unik ya. Jadi ini ada wisata berbasis budaya, ternyata ada wisata berbasis sejarah juga. Jadi tourist information center yang kami kolaborasikan dengan masyarakat Nagari Silokek, kabupaten, dan provinsi ini harapannya bisa memberikan informasi terhadap event-event mendatang, baik yang ada di Nagari Silokek ini atau di Kabupaten Sijunjung. Karena di Sijunjung ini ternyata ada beberapa destinasi lainnya, ” beber Sandi.
Baca juga:
Mengantarkan Bilih Pulang ke Rumahnya
|
Sandi menerangkan, untuk menjaga keberlanjutan dan kualitas destinasi Desa Wisata Silokek tersebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait, baik di tingkat provinsi hingga pusat. Termasuk terkait jaringan telekomunikasi, infrastruktur, dan kualitas air yang belum optimal.
”Untuk keberlanjutannya nanti mungkin koordinasi yang perlu dibenahi karena masih ada penambangan emas, sehingga kualitas airnya belum terlalu optimal. Tapi kita yakin dengan pengelolaan bersama, pariwisata berbasis masyarakat ini akan menghadiahkan kesejahteraan untuk masyarakat. Akan membuka 1, 1 juta lapangan kerja baru tahun ini, dan 2024 Insya Alloh kita fokus untuk menciptakan 4, 4 juta lapangan kerja baru yang berkualitas, ” ujar Sandi.
Desa Wisata Silokek memiliki luas wilayah 1.918 Ha dan ketinggian 150 – 200 mdpl. Dialiri beberapa sungai seperti, Batang Kuantan dan Batang Sangkiamo. Memiliki struktur permukaan berupa perbukitan serta keragaman geologi yang unik, yaitu terdapat sedimen (kars) berusia 350 juta tahun juga batuan beku (granit) berusia 250 juta tahun menjadikan kawasan Silokek sebagai kawasan inti Geopark Nasional Ranah Minang Silokek.
Untuk menuju desa tersebut, wisatawan menempuh jarak 140 km atau sekitar 4 jam 2 menit dari bandara Internasional Minangkabau, Padang. Bicara potensi wisata, desa tersebut memiliki keindahan alam seperti Ngalau (goa) Basurek. Itu merupakan goa yang terbentuk akibat pelarutan (hilangnya sebagian batu akibat air) sehingga membentuk ornamen-ornamen goa yang unik dan menarik. Ngalau Basurek memiliki panjang sekitar 250 meter. Tidak hanya keunikan dan keindahan goa saja, tetapi juga terdapat nilai sejarah yang tertinggal di masa penjajahan Belanda dan Jepang, dimana juga menjadi saksi jalur perdagangan dan syiar agama Islam dari Selat Malaka ke Sumbar.
Sementara destinasi wisata buatan, Desa Silokek memiliki walkboard sepanjang 500 meter yang terbuat dari kayu lokal, menjadi tempat pejalan kaki untuk menikmati pemandangan pesawahan, bukit, dan pegunungan serta satwa yang dilindungi seperti Siamang dan Burung Rangkong, juga kelelawar. Di sini juga terdapat menara pandang, camping ground, toilet, dan musala.
Wisatawan dapat menikmati destinasi arung jeram di Silokek sejauh 4, 5 km. Komunitas arum jeram Desa Silokek kerap mengikuti kompetisi level nasional dan internasional seperti, Geofest Silokek Rafting 2021 dan Silokek Geofest Rafting World Cup 2019. Pemandu rafting Silokek pun telah mempunyai sertifikasi pramuwisata Indonesia (LSP Pramindo).
Ada pula Desa Silokek memiliki 18 lokasi panjat tebing dengan karakteristik yang berbeda. Dilakukan oleh komunitas panjat tebing Kabupaten Sinjunjung yang berkolaborasi dengan Federasi Panjat Tebing Indonesia Kabupaten Sijunjung, bersama mengembangkan salah satu kegiatan wisata dan olahraga profesional di Desa Silokek.
Bicara seni, Desa Silokek memiliki beragam jenis tarian tradisional. Salah satunya Tari Dulang. Tarian tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat Silokek semasa zaman dulu yaitu pendulang emas yang dilakukan secara manual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Lalu, ada Talempong Kayu. Itu merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari kayu khusus yang diambil dari hutan di Nagari Silokek dan Durian Gadang membuat alat musik ini sangat unik dan langka. Bunyinya terasa lebut dengan tangga nada yang sederhana.
Soal budaya, Desa Silokek memiliki Silek Podang atau dalam bahasa Indonesia berarti Silat Pedang. Merupakan salah satu aliran silat khas tradisi Minangkabau yang ada di Sijunjung. Aliran silat ini merupakan silat kaum para raja-raja, tapi seiring perkembangan zaman keberadaanya terlupakan. Nah, urusan kuliner dan souvenir, wisatawan dapat berburu Samba Kacau dan Rendang Paku, Sedangkan oleh-oleh yang bisa dibawa pulang seperti Songket Unggan, kaus dengan gambar geopark, eco print, dan batik cetak.
Di sini, wisatawan juga dapat bermalam di homestay. Ada empat unit homestay dengan jumlah kamar seluruhnya lima kamar. Itu dilengkapi oleh toilet umum yang mudah ditemukan di tempat wisata. Memisahkan toilet untuk perempuan dan pria, serta berstandardisasi dengan adanya kloset duduk, wastafel, dan cermin. (*)